“Didiklah
anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena
mereka hidup bukan di zamanmu” –Ali Bin Abi Thalib. Sesungguhnya mereka
diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman
kalian.” Redaksi ini adalah sabda Rasulullah.
1. Masih segar
dalam ingatan, sewaktu saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Saya menggambar
bertema pemandangan alam dua buah gunung dengan matahri mengintip diantara
keduanya. Kurang lebihnya seperti ilustrasi berikut.
Ya! gambar
legendaris yang entah bagaimana caranya menjadi gambar favorit anak-anak seusia
saya waktu itu.
2. beberapa
tahun kebelakang saya pernah diberi pertanyaan oleh salah seorang murid. Si
murid bertanya "'Umi, pernah dengar namanya b*go live?". saya yang
masih kurang update alias kudet menimpal "'tidak tahu ji, emang kenapa
gitu dengan B*go Live?"tanya saya polos. lalu setengah kelas menahan tawa,
gemuruh kecil. namun mereka enggan bercerita. hingga pada akhirnya saya tahu,
apa yang mereka tertawakan. disaat mereka membutuhkan pendampingan, seolah
"kode"namun saya tidak peka. That was my fault. Failed to feel.
3. Lain cerita
dengan kelas 9. saya selalu menyempatkan diri untuk membuat kelas bernama
"'AMT Class" dengan konten teknologi terkini. pada saat itu isu yang
tengah hangat adalah tentang operasi transplantasi kepala dan peluncuran robot
di planet Mars. Siswa sangat antusias, bahkan sejak 2-3 hari sebelumnya mereka
sudah konfirmasi apakah saya pasti hadir di kelas AMT tersebut.
tentunya kita memiliki segudang
pengalaman yang berbeda, benang merah antara tiga pengalaman yang pernah saya
alami adalah :
· Apa yang diajarkan oleh seorang guru akan sangat membekas dalam konstruksi jiwa seorang anak. jika dari kecil anak diberi stimulus yang baik dan benar, maka simpul sel saraf di otak pun akan terjalin yang bermuara pada kecerdasan anak. Setiap anak dibekali dangan kemampuan awal/modalitas/kecerdasan. Tugas guru dan orang tua adalah menemukenali bakat/kecerdasan yang sudah Allah berikan kepada setiap anak. Akan lebih mudah melejitkan anak sesuai bakat dan minatnya. Beruntung saya tidak mengikuti kebanyak teman pada saat menggambar pemandangan dengan angle yang sama, karena guru mungkin memberi contoh hanya pada sampai taraf itu. Percayalah, kadang menjadi berbeda itu baik. Kreatif adalah ketika melakukan hal yang sama dengan cara yang berbeda. Adapun guru harus memperkaya diri dengan literasi, sehingga tidak akan mengalami kesulitan "kehabisan ide"
· Aktivitas
pembelajaran yang ''old fashion"' atau 'mediocere', yaitu berpusat guru
(katakanlah ceramah) ditambah dengan minimnya literasi membuat anak tidak
tertarik untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Apalagi konteks pelajaran IPA,
sub materi biologi. Betapa rumitnya perasaan seorang anak dihadapkan dengan
buku teks dan gambar dua dimensi. berbeda jika materi anatomi jantung kita
sajikan melalui animasi 3 dimensi. Anak-anak lebih bergairah! setidaknya mereka
tidak akan berani "'tertidur, melamun atau mengobrol.
· pengetahuan
tentang membaca lingkungan tentang siapa anak didik kita, bagaimana
karakteristik mereka, bagaimana gaya belajar mereka, apa yang menjadi
ketertarikan mereka saat ini menjadi bahan acuan untuk merancang sebuah desain
pembelajaran. Nah, dengan mempelajari modul tentang perananan guru pada
pembelajaran abad 21 saya pribadi merasakan adanya sebuah anak tangga dari
sebuah jalan yang bernama menuju sekolah idaman para peserta didik.
Sebagai
sebuah profesi yang lahir dari rahim yang bernama "'perjalanan pendidikan
yang amat panjang'', guru manjadi tokoh sentral. kepadanyalah peserta didik
akan menyerahkan 'nasib' hampir separuh dari waktu yang dimilikinya, atas nama
belajar mereka berjuang hadir si sekolah tepat waktu. akankah kita mengisi
hari-hari mereka dengan cerita yang sama dan berulang. tanpa ada inspirasi,
tanpa ada nilai tambah bagi mereka.
Tentunya
ini menjadi isu yang akan terus menarik dibahas, kesiapan kita sebagai seorang
fasilitator pendidikan bukan lagi sebagai "sumber ilmu". Terkadang
kita melakukan inkonsistensi antara keputusan kita dengan resiko. jangan-jangan
kita sendiri tidak menjadi tauladan literasi, tauladan teknologi, tauladan
inovasi apalagi menjadi tauladan inspirasi.
Sejak Coronavirus
Disease (COVID-19) merebak, perilaku manusia berubah drastis. Manusia yang
memiliki sifat dasar berkumpul harus rela menjaga jarak, tidak bersentuhan
antara satu dengan yang lain, semata-mata agar virus tidak menular. Perubahan drastis ini juga terjadi di dunia
pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil
keputusan untuk meliburkan proses pembelajaran di sekolah dan menggantinya
dengan “belajar dari rumah” melalui materi pembelajaran yang dilakukan secara
daring (online) oleh para guru dengan bimbingan orangtua.
Tak mudah memang mengondisikan anak belajar di
rumah, apalagi menciptakan proses pembelajaran daring yang menarik, bermakna
dan menyenangkan. Sebab, ketika sekolah diliburkan, yang ada dalam benak
sebagian besar anak bermain, terutama bagi anak-anak di tingkat sekolah dasar
Di samping itu,
masih banyak guru yang mengajar secara online dengan hanya memberikan soal
sebanyak-banyaknya untuk siswa. Sehingga tak heran jika dikabarkan muncul
keluhan dari orangtua tentang pelaksanaan belajar dari rumah yang justru
membuat anak menjadi stres. Bahkan tak jarang orangtua tak bisa banyak membantu
anaknya mengerjakan soal-soal tersebut.
Padahal jika kita mau menelisik justru pada saat
seperti inilah sejatinya momentum yang baik untuk membangun kesadaran bahwa teknologi
merupakan satu media penghubung disaat situasi tidak memungkinkan untuk
bertatap muka.
Menjadi guru
yang Melek IT memang tidak mudah. Harus Sabar,
mundur selangkah memberi ruang agar siswa mencari sendiri. Alhamdulillaah beberapa
diantaranya sudah saya terapkan pada kelas yang saya kelola. Diantaranya menggunakan
padlet, membuat laman blog, membuat vlog praktikum lalu diposting pada
Instagram dan channel youtube.
Awalnya sulit
memahamkan kepada peserta didik, namundengan teknik memberi rasionalitas
keterampilan siswa abad 21 yaitu 4C dan pentingnya keterampilan menyelesaikan
masalah serta menggunakan literasi (big data) alhamdulillaah dengan
pendampingan satu persatu mereka dapat membuat karya yang kreatif. Melebihi
batas ekspektasi saya. Sungguh luar biasa!
Berikut beberapa portofolio siswa berkaitan
dengan mapel saya
1.
Menayangkan
fenomena / gejala IPA lalu mereka kita fasilitasi untuk mengajukan sebuah
pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang kita berikan dalam ranah HOTS. Berikut
dokumentasinya
2.
Menggunakan
fasilitas googlesites, intruksi awal kita berikan melalui grup WA lalu
selanjutnya akan mengakses link googlesite yang sudah saya desain agar mereka
mengikuti langkah-langkah pembelajaran mulai dari berdoa, mengisi daftar hadir,
mengajukan pertanyaan, latihan soal hingga penugasan (menggunakan fitur google
form). Berikut link google sites saya
3.
Membuat laman
blog, yang akan menjadi media window show penugasan/aktivitas belajar mereka
selama pandemic. Berikut beberapa diantara karya blog https://www.blogger.com/blog/post/edit/1067966649697946532/1868771311240500013,
https://floolicious.blogspot.com/2020/04/ttsk-teka-teki-sistem-koordinasi.html
)
4.
Menggunakan
fasilitas youtube untuk menyampaikan materi (motivasi, kontrak belajar,
pengetahuan konsep, atau tutorial menggunakan sebuah aplikasi). Berikut contoh
portofolio : https://www.youtube.com/watch?reload=9&v=GdJL5eSWo3Y&feature=youtu.be,
https://www.youtube.com/watch?v=galC6Gz7Ceg
atau untuk fasilitas penugasan peserta didik : https://www.youtube.com/watch?v=7vpSajBda-U
5.
Menggunakan media
sosial untuk mengunggah aktivitas belajar (https://www.instagram.com/p/B-oTxA1no0z/)
6.
Menggunakan fitur
pencarian #smpunggulanarrahman pada instagram maupun youtube (https://www.instagram.com/explore/tags/smpunggulanarrahman/?hl=en
)
7.
Mengemukakan HOTS
atau menjawab pertanyaan HOTS (https://www.youtube.com/watch?v=-yPTLo7DffQ
)
Rencana Yang masih belum terealisasi
adalah membuat scenario pembelajaran menggunakan aplikasi podcast, menautkan
file pada drive dan menggunakan aplikasi virtual room seperti google class.
Ada
kekhawatiran dalam diri saya, akankah perubahan sosial yang tiba-tiba terjadi sebagai
akibat merebaknya COVID-19 menyebabkan kegagapan dalam proses penyesuaian
kegiatan pembelajaran. Itu sebabnya tidak mungkin jika sebuah pembelajaran
ideal dicapai di masa pandemi seperti saat ini. “Karena itu, kita harus cepat
menyesuaikan keadaan dengan mengubah target capaian, dan kemudian metode
pembelajarannya. Jangan sampai guru membebani siswa dengan pembelajaran di saat
siswa mengalami keterbatasan sosial dan ekonomi.
Perubahan
yang kita lakukan memang kecil, ibarat lautan...jika guru melakukan pembenahan
diri secara serentak maka perubahan itu ibarat riak kecil yang akan bersatu
membentuk gelombang yang bernama perubahan. Setelah mempelajari ilmu peranan
guru dalam pembelajaran abad 21, saya berikrar untuk terus mentransformasi diri
saya untuk terus menjadi guru yang dirindukan, bukan hanya sebagai sumber ilmu
melainkan juga sebagai sumber inspirasi.
Bagaimana
dengan anda?
Temukan
inspirasi lainnya di http://desylestarialamku.blogspot.com/
jangan
lupa tinggalkan jejak komentar, agar saya tahu orang baik seperti anda sempat
meluangkan waktu untuk membaca blog saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar