Yang membuat saya rindu akan sekolah tentunya teman-teman seperjuangan yang begitu berkesan dalam suka maupun duka. Kemudian bapak/ibu guru pengajar, dengan segala kelebihan dan kekurangan beliau-beliau dalam memberikan bimbingan pengajaran. Selain itu saya pernah mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan hingga takut belajar di maple matematika. Pada saat itu guru matematika hadir dengan pembawaan yang mohon maaf kurang ramah dan cenderung galak. Saya menyaksikan bagaimana rekan-rekan saya yang kurang cakap dalam matematika harus menerima kekerasan fisik seperti dicubit. Pun saya pernah mengalami kekerasan fisik gegara saya dianggap indisipliner tidak membawa buku paket mapel PAI. Oleh guru PAI, tangan saya dipukul menggunakan mistar. Sakitnya tidak seberapa namun malunya luar biasa. Apalagi saya bukan tipikal siswa yang lalai membawa buku. Pada hari itu, tepatnya pagi hari buku paket saya tetiba dipinjam oleh rekan saya yang berbeda kelas dan nahasnya belum sempat buku paket tersebut dikembalikan, Bapak guru PAI sudah terlanjur masuk kelas dan menutup pintu. Alhasil, sehari itu saya down dan menangis karena kecewa dengan keadaan.
Semasa bangku SMA, saya pernah berangkat ke UPI Bandung mewakili sekolah saya untuk berkompetisi di ajang Lomba Cepat Tepat Biologi. Dari situ saya memiliki fortopolio yang sangat cukup untuk menjadi tiket emas masuk perguruan tinggi melalui jalur rapor
Banyak sekali guru-guru yang berkesan, saya akan selalu mengingat mereka dalam doa-doa saya. Terima kasih kepada Pak Kohar, guru kelas V SDN karangtengah 6. Terima kasih kepada Bu Riska, guru Bahasa Indonesia saya sewaktu di SMPN 1 Cibadak Sukabumi. Terimakasih kepada Bu Ari dan Bu Iis Islahiyah, guru Bahasa Inggris dan guru BP/BK saya di SMUN 1 Cibadak Sukabumi.
Pengalaman saya dulu pada saat duduk di bangku SD adalah saya mengagumi sosok guru yang Bernama Pak Kohar. Beliau memiliki ke-khasan yang membuat beliau berbeda dari guru lainnya. Beliau sosok yang inspiratif, baik, lemah lembut, kreatif dan multitalent. Hal ini dibuktikan dengan program kesenian di sekolah saya waktu itu menjadi berkembang. Saya pernah dibimbing belajar memainkan alat music angklung, gerakan dasar tari jaipong, olah vocal lagu tradisional sunda. Sungguh, berkat Pak Kohar, masa kecil saya menjadi berkesan.
Sewaktu duduk di SMP, saya mengagumi sosok Ibu Riska. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia. Karakternya yang ramah dan selalu mengapresiasi setiap pencapaian yang saya lakukan. Saya ingat sewaktu saya direkognisi sebagai siswa dengan penulis cerpen dengan ending terbaik. Menurut beliau, saya memiliki kemampuan untuk menulis dan mebuat plot twist cerita yang tidak mudah ditebak. Sejak saat itu saya selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam segala bentuk tugas yang beliau berikan.
Di SMA, saya bersyukur bertemu dengan guru Bahasa Inggris yang sangat luar biasa hebat. Bu Ari Namanya. Sekali lagi, Bu Ari ini sosok yang sangat ramah, kreatif dalam memberikan pembelajaran Bahasa inggris. Pembawannya yang ceria dan selalu tersenyum lebar dengan mata berbinar pada saat menyaksikan apapun penampilan kami sebagai muridnya.
Selain itu ada guru BP/BK saya yang selama tiga tahun menjadi sosok “ibu” di sekolah. Beliau sangat peduli dan empati pada siswa-siswanya. Saya pernah menyengaja ke ruang BK hanya untuk mencurahkan kecewa pada diri saya karena lambat beradaptasi di kelas unggulan. Dengan sabar beliau menghibur dan memotivasi saya.
Apa yang saya rasakan saat ini bahwa pengalaman yang ditorehkan oleh Bapak/Ibu guru tersebut seolah menuntun saya untuk menghubungkan titik-titik nasib dalam hidup saya. Saya menjadi orang yang mungkin memiliki talent seni dan kreatifitas, hobi menulis dan membaca, kemampuan penguasaan Bahasa inggris yang memadai bahkan menjadi sosok yang selalu ingin memotivasi siswa-siswa saya. Hal ini tentunya tidak lepas dari bimbingan guru-guru saya yang menuntut saya menjadi sosok yang sekarang ini. Saya ingin siswa saya memiliki pengalaman baik yang sama bahkan lebih baik dari apa yang pernah saya dapatkan sewaktu saya duduk di bangku sekolah.
Filosopi KHD yaitu tujuan sekolah haruslah membuat siswa menjadi selamat dan Bahagia. Ini merupakan prinsip yang universal diakui oleh disiplin ilmu apapun, agama apapun, budaya manapun. Jika kita mampu membuat siswa kita menjadi siswa yang Bahagia maka akan lebih mudah bagi siswa kita membuat lingkungan keluarganya pun Bahagia. Keluarga merupakan miniatur masyarakat. Sebuah kota yang didalamnya memiliki penduduk dengan latar belakang keluarga yang Bahagia maka kota tersebut akan maju. Kumpulan kota maju akan membawa negara Indonesia menjadi maju.
Sedikit banyak saya sudah memulainya dengan cara menciptakan inovasi pembelajaran. Mata pelajaran yang saya ampu adalah IPA, namun saya wajibkan setiap siswa saya untuk memiliki laman blog sendiri, membuat kanal youtube dan membuat konten yang sekiranya akan diperlukan sebagai bukti fortopolio dan rekam jejak digital mereka di masa depan.
Saya ingin menjadi guru yang memiliki tiga karakter yaitu di depan memimpin, di tengah membersamai dan memfasilitasi, serta di belakang sebagai motivator.
Saya ingin murid saya mendapatkan dampak positif dari apa yang telah saya berikan, baik berupa perubahan mindset, memiliki bekal keahlian yang bermuara pada perubahan karakter.
Saya melihat, Langkah pembelajaran di LMS ini begitu rapi. Seperti memberi batu pijakan dan menuntun kita tentang apa dan bagaimana Langkah mempelajari ilmu baru di tiap modulnya.